Makalah Softskill
Disusun oleh:
Maria jenny kristanti
14611291
2SA01
UNIVERSITAS GUNADARMA
2012/2013
Kata
pengantar
Puji syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan
Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Depok,
23 november 2012
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Kehidupan seseorang sangatlah
kompleks, begitu juga dengan hubungan yang terjadi pada manusia sangatlah luas.
Hubungan tersebut dapat terjadi antara manusia dengan manusia, manusia dengan
makhluk hidup, manusia dengan alam, dan manusia dengan Sang Pencipta. Dan
manusia diciptakan dengan sempurna , dengan sebaik-baik bentuk yang dimiliki.
Manusia juga harus bersosialisasi
dengan lingkungan, yang merupakan pendidikan awal suatu interaksi sosial. Hal
ini menjadikan manusia harus mempunyai ilmu pengetahuan yang berlandaskan
ketuhanan. Karena dengan ilmu tersebut manusia dapat membedakan antara yang hak
dengan yang bukan haknya, dan antara kewajiban dan yang bukan kewajibannya.
Sehingga norma-norma dalam lingkungan berjalan dengan harmonis dan seimbang.
Pendidikan sebagai hasil kebudayaan
haruslah dipandang sebagai “motivator” terwujudnya kebudayaan yang tinggi.
Selain itu pendidikan haruslah memberikan kontribusi terhadap kebudayaan, agar
kebudayaan yang dihasilkan member nilai manfaat bagi manusia itu sendiri
khususnya maupun bagi bangsa pada umunya.
Dengan demikian dapat kita katakana
bahwa kualitas mansuia pada suatu Negara akan menentukan kualitas kebudayaan
dari suatu Negara tersebut, begitu pula pendidikan yang tinggi akan
menghasilkan kebudayaan yang tinggi. Karena kebudayaan adalah hasil dari
pendidikan suatu bangsa.
1.2
Rumusan masalah
Berpijak dari latar belakang di
atas, maka yang menjadi rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah :
1.Apa yang
dimaksud dengan manusia sebagai mahluk sosial?
2.Apa yang dimaksud
dengan manusia sebagai makhluk budaya?
1.3 Tujuan
è
Untuk mengetahui
pengertian dari manusia
è
Untuk mengetahui
pengertian sosial
è
Untuk mengetahui
pengertain dari manusia sebagai makhluk sosial
è
Untuk mengetahui peran
manusia sebagai makhluk sosial
è
Untuk mengetahui
pengertian budaya
è
Untuk mengetahui
pengertian dari manusia sebagai makhluk budaya
BAB II
PEMBAHASAN
Manusia sebagai makhluk
sosial dan budaya
2.1 Pengertian
manusia
Secara bahasa
manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens”(Latin), yang berarti
berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi(mampu menguasai makhluk
lain). Selain istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta,
sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu
2.2 Pengertian
sosial
Berikut ini
adalah pengertian dan definisi ilmu-ilmu sosial menurut beberapa ahli:
Ø
LEWIS
sosial
adalah sesuatu yang dicapai, dihasilkan dan ditetapkan dalam interaksi
sehari-hari antara warga negara dan pemerintahannya
Ø
KEITH JACOBS
sosial
adalah sesuatu yang dibangun dan terjadi dalam sebuah situs komunitas
Ø
RUTH AYLETT
sosial
adalah sesuatu yang dipahami sebagai sebuah perbedaan namuntetap inheren dan
terintegrasi
Ø
PAUL ERNEST
sosial lebih dari sekedar jumlah manusia
secara individu karena merekaterlibat dalam berbagai kegiatan bersama
2.3 MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL
Manusia
sejak lahir sampai mati selalu hidup dalam masyarakat, tidak mungkin manusia di
luar masyarakat. Aristoteles
mengatakan: bahwa makhluk hidup yang tidak hidup dalam masyarakat ialah sebagai
seorang malaikat atau seorang hewan. Di India oleh Mr. Singh didapatkan
dua orang anak yang berumur 8 tahun dan 1 ½ tahun. Pada waktu masih bayi
anak-anak tersebut diasuh oleh srigala dalam sebuah gua. Setelah ditemukan
kemudian anak yang kecil mati, tinggal yang besar. Selanjutnya, walaupun ia
sudah dilatih hidup bermasyarakat sifatnya masih seperti srigala, kadang-kadang
meraung-raung di tengah malam, suka makan daging mentah, dan sebagainya. Juga
di Amerika dalam tahun 1938, seorang anak berumur 5 tahun kedapatan di atas
loteng, karena terasing dari lingkungan dia meskipun umur 5 tahun belum juga
dapat berjalan dan bercakap-cakap. Jadi jelas bahwa manusia meskipun mempunyai
bakat dan kemampuan, namun bakat tersebut tidak dapat berkembang, nika tidak
ada lingkungan. Itulah sebabnya manusia dikatakan sebagai makhluk sosial. Di
samping adanya hasrat-hasrat atau golongan instingtif pada manusia masih
terdapat factor-faktor yang mendorong manusia untuk hidup bermasyarakat.
Faktor-faktor itu adalah:
1. Adanya dorongan seksual, yaitu dorongan manusia untuk mengembangkan keturunan atau jenisnya.
2. Adanya kenyataan bahwa manusia adalah serba tidak bisa atau sebagai makhluk lemah.karena itu ia selalu mendesak atau menarik kekutan bersama, yang terdapat dalam perserikatan dengan orang lain.
3. Karena terjadinya habit pada tiap-tiap diri manusia. Manusia bermasyarakat karena ia telah biasa mendapat bantuan yang berfaedah yang diterimanya sejak kecil dari lingkungannya.
4. Adanya kesamaan keturunan, kesamaan territorial, nasib, keyakinan/cita-cita, kebudayaan, dan lain-lain. Secara alamiah manusia berinteraksi dengan lingkungannya, manusia sebagai pelaku dan sekaligus dipengaruhi oleh lingkungan tersebut. Perlakuan manusia terhadap lingkungannya sangat menentukan keramahan lingkungan terhadap kehidupannya sendiri.
Manusia
dapat memanfaatkan lingkungan tetapi perlu memelihara lingkungan agar tingkat
kemanfaatannya bisa dipertahankan bahkan ditingkatkan. Bagaimana manusia
mensikapi dan mengelola lingkungannya pada akhirnya akan mewujudkan pola-pola
peradaban dan kebudayaan. Manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial,
karena ada faktor-faktor , yaitu:
a.Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia. B. Interaksi Sosial dan Sosialisasi
a.Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia. B. Interaksi Sosial dan Sosialisasi
2.4 Fungsi dan Peran Manusia sebagai Makhluk Sosial
Manusia sebagai makhluk sosial
memiliki implikasi-implikasi :
·
Kesadarann akan ketidakberdayaan
manusia bila seorang diri.
·
Kesadaran untuk senantiasa dan harus
berinteraksi dengan orang lain.
·
Penghargaan akan hak-hak orang lain.
·
Ketaatan terhadap norma-norma yang
berlaku.
Sebagai makhluk sosial hendaknya manusia memiliki
kepribadian. Yang dimaksud dengan kepribadian adalah susunan unsur-unsur akal
dan jiwa yang dibangun oleh perasaan, pengetahuan, dan dorongan.
2.5Pengertian
budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu
buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan
sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan
disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau
mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata
culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa
Indonesia.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan
dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama
dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya
seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari
diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara
genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang
berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa
budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya
bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan
perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak
kegiatan sosial manusia.
Beberapa
alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari
budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit
nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan
atas keistimewaannya sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil
bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti "individualisme
kasar" di Amerika, "keselarasan individu dengan alam" di Jepang
dan "kepatuhan kolektif" di Cina.
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan
pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis
yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh
rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan
demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku
orang lain.
2.6MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA
.Sebagai
makhluk berbudaya, manusia mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan
kebahagiaan, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan
hidupnya.Manusia sebagai makhluk budaya Manusia sebagai makhluk budaya yang
berkemampuan menciptakan kebaikan, kebenaran, keadilan dan bertanggung jawab
sajalah yang berhak menyandang gelar “Manusia Berbudaya”.
- Kebudayaan itu hanya dimiliki oleh umat manusia.
- Kebudayaan itu tidak diturunkan secara biologis melainkan diperoleh melalui proses belajar.
- kebudayaan itu didapat, didukung dan diteruskan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
2.7 KONSEP-KONSEP BUDAYA DASAR
Manusia
dan Keadilan Keadilan merupakan salah satu modal dasar bagi kehidupan terartur
manusia. Keadilan mengacu suatu tindakan baik bagi kehidupan yang mesti
dilakukan oleh setiap manusia. Manusia dan Penderitaan Penderitaan adalah rasa
tidak menyenangkan yang setiap orang secara kemanusiaan ingin menghindarinya.
Ini melengkapi ciri paradoksal yang menandai eksistensi manusia di dunia. Manusia
dan Cinta Kasih Cinta kasih adalah perasaan suka kepada seseorang yang disertai
dengan belas kasih dan kemesraan. Cinta merupakan sikap dasar ideal yang
memungkinkan dimensi sosial manusia menemukan bentuknya yang khas manusiawi.
Manusia dan Tangung Jawab Tanggung jawab adalah kewajiban melakukan keharusan
tugas tertentu. Dasar tanggung jawab adalah hakekat keberadaan manusia sebagai
mahluk yang mau menjadi baik dan memeperoleh kebahagiaan. Manusia dan
Pengabdian Pengabdian diartikan sebagai perihal perilaku berbakti atau
meperhamba diri kepada tugas yang (dianggap) mulia.
Manusia
dan Pandangan Hidup Pandangan hidup berkenan dengan eksistensi manusia di dunia
dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan sesama dan dengan alam tempat kita
berdiam. Manusia dan Keindahan Eksistensi manusia di dunia diliputi oleh
keindahan. Manusia tidak hanya penerima pasif tetapi juga pencipta keindahan
bagi kehidupan. Manusia dan Kegelisahan Kegelisahan adalah merupakan gambaran
keadaan seseorang yang tidak tentram (hati maupun perbuatannya), rasa khawatir,
tidak tenang dalam tingkah laku. Kegelisahan adalah salah satu ekspresi
kecemasan. Peran/Fungsi Akai, Perasaan, dan Karsa Peran dan fungsi cipta, rasa,
karsa merupakan faktor dominan bagi lahirnya kebudayaan.
Dengan
akal/cipta manusia senantiasa berfikir, merenung menggagas, menginterpretasikan
segala macam realitas, kehidupan yang dihadapi. Karenanya ia juga mempunyai
gagasan-gagasan, angan-angan, harapan dan cita-cita dalam hidupnya. Tak
terkecuali ia juga memikirkan kebutuhan hidupnya dan tata cara untuk
mewujudkannya, baik yang berupa materi maupuan non materi, kebutuhan saat ini
(didunia) maupuan saat nanti (di akhirat). Sebagai contoh: manusia
(person/individu) untuk hidup harus makan. Maka ia berfikir yang harus
dimakan,: mengapa harus makan, bagaimana caranya makan dan untuk apa ia makan.
Dengan akalnya atau daya ciptanya manusia dapat mencari jawaban tentang sesuatu
yang dapat dimakan. Berikut alasan-alasannya, tata cara/prosedurnya dan
tujuannya ia makan, selain itu ia juga dapat berkembang ide-idenya, harapannya,
gagasannya dan cita-citanya tentang sesuatu yang dapat dimakan, alasan dan tata
caranya dalam hal makan serta tujuannya dalam soal makan.
Contoh
lain seperti manusia (makhluk sosial) hidup diantara manusia lainnya. Karena
memiliki akal ia berfikir bagaimana seharusnya agar dapat hidup baik dengan
sesamanya. Ia meiliki harapan gagasan, cita-cita dan ide tentang hidup yang
baik ialah saling-menghormati dan menghargai, tolong menolong dengan penuh
toleransi, semertara pola hidup yang baik adalah kebutuhan manusia berbudaya.
Manusia sebagai makhluk budaya selain memiliki akal juga mempunyai perasaan
atau hati nurani oleh sebab itu manusia selalu dan pasti menghayati dan
merasakan segala macam fenomena kehidupan seperti kesedihan, kejujuran,
kebaikan, keadilan, keindahan, tanggung jawab, ketentraman, kedamaian, cinta
kasih dan sebagainya yang menjadi realita kejiwaan atau psikologis. Berdasar
perasaan atau nurani manusia memiliki cita, rasa yang menjadi kualitas atau ide-ide
dalam hidupnya. Manifestasi fenomena psikologis seperti rasa sedih, gugup,
adil, baik, indah, damai, tentram, bahagia, cinta, tanggung jawab, dan
sebagainya itu; dalam realita kehidupan manusia selain dapat diidenlifikasi
malalui berbagai bentuk sikap, perilaku tindakan dan raut wajah (pancaran
cahaya) biasanya juga berupa berbagai bentuk ekspresi seni yang beraneka ragam
jenisnya.
Kebutuhan
Makhluk Budaya pada hakekatnya manusia adalah mahluk mono plucal /majemuk
tunggal terdiri dari susunan kodrat (jasmani-rochani), sifat kodrat (individu
sosial) serta kedudukan kodrat (pribadi mandiri-makhluk Tuhan). Susunan, sifat
dan kedudukan kodrat manusia yang terdiri dua unsur tersebut. pada hakekatnya
tidak dapat dlipisah-pisahkan dan bediri sendiri-sendiri meskipun hanya dalam
pemikiran. Oleh sebab itu manusia hakekatnya adalah monodualis/dwitunggal.
berdasarkan susunan kodratnya yang dwitunggal/monodualis, yakni terdiri dari
jasmani dan rochani, maka kebutuhan makhluk budaya pun juga mancakup aspek
jasmaniah dan rochaniah. Kebutuhan jasmaniah pada umumnya bersifat material
seperti makan, minum, sandang tempat tinggal dan peralatan-peralatan lain yang
berbentuk konkrit atau kebendaan, sedangkan kebutuhan rochaniyah biasanya
berupa non materi, seperti kepuasan hati, kebahagiaan, ketentraman, kedamaian,
keindahan, keadilan, kebaikan, kejujuran, tanggung jawab, dan kepercayaan
/keyakinan yang sifatnya spiritual dan religius.
Contoh:
Makhluk manusia butuh makan dan minum untuk mempertahankan hidup, tetapi juga
butuh ketenangan batin, kedamaian dalam hidupnya. Butuh kasih sayang dari orang
tua dan keluarganya. Tetapi manusia juga butuh beribadah dan berdo'a,
menyerahkan diri dan mengakui keberadaan Tuhan sebagai kausa prima. Menunrt
sifat Kodratnya (monodualis/dwitunggal) yakni sebagai makhluk individu dan
sosial, kiranya dapat disebutkan jika manusia makhluk budaya mempunyai
kebutuhan pribadi yang secara spesifik berbeda dengan individu lainnya. Akan
tetapi sebagai makhluk sosial ia juga memiliki kebutuhan yang sama dengan orang
lainnya, Bentuk kebutuhan individu dapat diindivikasi melalui pemikiran dan
perasaan seseorang yang cenderung berbeda antara personal yang satu dengan yang
lain. Bahkan juga pada kehendaknya yang senantiasa ingin menjadi yang lebih
atau yang paling baik dan antara lainnya. Sementara kebutuhan sosial dapat
dipahami dan berbagai kesamaan baik di dalam pikiran dan perasaannya bahkan
kehendak/Karsanya. Setiap orang mempunyai keinginan, pikiran.dan perasaan yang
sama, yaitu ingin cerdas, baik hati dan suskes.
BAB III
PENUTUPAN
3.1
Kesimpulan
Ø Tanpa
bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak .
Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi
atau berbicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dapat
disimpulkan bahwa manusia dapat dikatakan
sebagai makhluk sosial karena beberapa alasan yaitu :
1.
Manusia tunduk pada aturan dan norma
sosial
2.
Perilaku manusia mengharapkan
sesuatu penilaian dari orang lain
3.
Manusia memiliki kebutuhan untuk
berinteraksi dengan orang lain
4.
Potensi manusia akan berkembang jika
ia hidup ditengah-tengah manusia
Ø Kebudayaan
adalah salah satu istilah teoritis dalam ilmu-ilmu sosial. Secara umum,
kebudayaan diartikan sebagai kumpulan pengetahuan yang secara sosial diwariskan
dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Dari
pembahasan diatas kami dapat simpulkan bahwa manusia berhubungan erat dengan
kebudayaan yang ada pada lingkungan sekitarnya. Karena kebudayaan tersebut
merupakan cara beradaptasi untuk mengatur hubungan antar manusia sebagai wadah
masyarakat menuju taraf hidup tertentu.
Kebudayaan
berpengaruh dalam membentuk pribadi seseorang sehingga mengharuskan manusia
untuk mengikuti norma-norma yang ada pada budaya tersebut.
Dengan
demikian, budaya patokan cara hidup manusia di tempat dia berada. Selain itu
dalam kebudayaan mengajarkan tentang keimanan
3.1
Saran
è Kita sebagai
makhluk sosial hendaknya menanamkan nilai-nilai sosial yang pada saat ini
luntur, janganlah mementingkan diri sendiri dalam hidup bermasyarakat.
è Kita sebagai
mahluk berbudaya semestinya melestarikan budaya yang kita punya, jangan sampai
budaya yang kita punya tidak kita lestarikan dan sampai punah. Karena siapa
lagi jika bukan kita penerus bangsa yang melestarikan?
Kita
lestarikan baik-baik budaya yang telah kita punya agar diakui oleh bangsa lain.