KERUKUNAN UMAT BERAGAMA
A. Pendahuluan.
Kehidupan manusia dalam hakekatnya tidaklah hidup seorang
diri, melainkan hidup bersama-sama dengan pribadi lainya yang mempunyai agama
atau kepercayaan berbeda. Setiap hari terjadi adanya hubungan dan berkomunikasi
dengan pihak lain, baik dilingkungan tempat tinggal, sekolah ataupun dikampus,
dikantor, dipasar, direstoran, dan lain sebagainya. Singkatnya dimana manusia
berada selalu bertemu dengan orang-orang yang mempunyai agama dan kepercyaan
serta keyakinan yang berbeda. Perbedaan ini meliputi bentuk dan cara
mengungkapkannya, baik dalam bentuk gedung beribadat, cara-cara beribadat, isi
kitab suci, maupun pandangan hidup dalam menjalani hidup dan kehidupan yang
ahkirnya berkembang dan melahirkan keaneka-ragaman yang luas, dan berharga.
Seperti pada hari raya Idul Fitri umat muslim banyak yang melaksanakan sholat
Idul Fitri di mesjid-mesjid, umat kristiani dimalam Natal mengumandangkan
lagu-lagu rohani di gereja-gereja, umat Hidup merayakan Nyepi, Galungan,
Kuningan di Pura dan umat Buddha memperingati hari Waisak, Asadha bersama-sama
di vihara maupun cetiya.
Warisan sejarah demikian ini menjadikan tantangan bagi
generasi sekarang untuk memahami dan menghargai kekayaan nilai suatu bangsa,
masing-masing harus saling bertukar pikiran tentang keyakinan dan keimanan
agama lain, untuk memperluas cakrawala pandangan memahami agama dan keyakinan
sendiri. Terpenting adalah untuk menciptakan kerukunan antar umat beragama. Masalah
kerukunan umat beragama adalah hal yang penting bagi suatu bangsa dalam
memelihara kesatuan dan persatuan bangsa. Majelis Permusyawaratan Rakyat dalam
sidang tahun 1978 mengeluarkan ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang sila
Ketuhana Yang Maha Esa, yaitu; “Dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, bangsa
Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab. Didalam kehidupan masyarakat Indonesia dikembangkan sikap hormat
menghormati dan bekerja sama antar pemeluk-pemeluk agama dan penganut
kepercayaan yang berbeda sehingga dapat selalu dibina kerukunan hidup diantara sesama
umat beragama dan berkepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa”.
B. Menurut Para Ahli
Dr.
L.M.Joshi dari Univesitas Punjab-India menagatkan “Kerukunan antar umat
beragama, bila dan jika akan terrcapai, merupakan suatu anugerah bagi bumi ini”.
Pengembangan kerukunan beragama merupakan hal terpenting bagi terciptanya
persatuan dan kesatuan bangsa serta untuk menjaga stabilitas nasional. Yang
cukup menggembirakan saat ini adalah kerukunan beragama telah terwujud dan
dirasakan berasama seluruh pelosok tanah air, para ahli dari luar negeri pun
mengakui, seperti Prof. Muh. Ayub dari Universitas Toronto, Kanada menyatakan “
Indonesia
adalah salah satu Negara yang umat beragamanya hidup rukun dan untuk
menciptakan situasi kerukunan tersebut perlu dikembangkan studi bersama
perbandingan antar agama. Pengetahuan yang serupa penting artinya karena
memungkinkan setiap umat beragama untuk saling menghargai, menghormati dan
bekerja sama dalam memciptakan kerukunan dan kesejahteraan berasama.
C. FORMAT KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA MENURUT PANDANGAN AGAMA KATOLIK*)
( Oleh Ir. Norbert Ama Ngongu, MP )
DASAR UNTUK HIDUP RUKUN DAN DAMAI
Menurut ajaran Katolik, manusia itu adalah citaan Tuhan Yang Paling Mulia. Dalam suatu Kitab Suci dikatakan bahwa pada awal mula manusia diciptakan menurut rupa
dan citra Allah sendiri. Hanya manusia saja yang dikatakan diciptakan menurut rupa dan citra Allah. Ciptaan-ciptaan lain tidak dinyatakan demikian.
Jadi manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling indah, melampaui harga dan keindahan ciptaan apapun yang pernah ada dan akan ada di dunia ini, selain manusia itu sendiri. Karena Allah itu maha tahu, maha pencipta, maka yang namanya manusia, ia adalah hasil cetak biru yang luar biasa canggihnya yang pernah dilakukan oleh Allah. Tiap orang diciptakan oleh Tuhan sebagai nomor seri yang kesekian yang pertama dan terakhir. Karena itu tidak akan pernah ada dua orang yang pernah dilahirkan dimuka bumi yang sama persis. Tiap pribadi adalah unik, dan itulah karya Agung Tuhan yang maha canggih.
Allah itu juga adalah maha pengasih dan Penyayang, kasih dan sayangnya tak terukur atau takberhingga, singkatnya Ia sama dengan Kasih, dan karenanya Allah mencintai manusia dengan kasih sayang yang penuh, atau dengan kata lain, Allah tidak pernah mencitai manusia dengan separoh hati, atau sepersekian hati melainkan dengan penuh hati. Cinta Tuhan kepada manusia adalah 100% dan abadi. Di mata Tuhan, manusia adalah ciptaan-Nya yang paling berharga. Sejak dikandung ibunya, ketika manusia masih belum mengerti tentang cinta, ketika manusia belum tahu mengucapkan terima kasih kepada Tuhan, Allah sudah terlebih dahulu mencintai manusia. Begitu besar cinta Allah kepada manusia sehingga Ia mencitakan bumi dengan segala segala isinya dan diserahkan pengelolaannya kepada manusia untuk kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia ciptaannya itu.
Karena manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling mulia dan berharga, maka tidak ada kekuasaan apapun, dan dengan alasan apapun untuk dibenarkan melecehkan/menghina apalagi membunuh ciptaan Tuhan yang namanya manusia itu.
Saya dan saudara adalah bagian dari umat manusia yang menghuni bumi yang sama ini, dan dicintai Tuhan.
Jika saya mengatakan saya mencintai Tuhan, maka alangkah indahnya jika saya juga mengatakan saya mencintai sesama saya, karena saya tidak mungkin dapat mencintai Tuhan yang tidak kelihatan jika sesama manusia saya sebagai sesama ciptaan Tuhan yang kelihatan saja, saya tidak dapat mencintai mereka. Karena itu jika Tuhan begitu menghargai dan mencintai manusia, maka saya tidak mempunyai alasan untuk menghina/melecehkan apalagi sampai membunuh sesama saya.
*) Makalah disampaikan dalam Workshop Kerukunan Umat Beragama Tingkat Propinsi NTB, 26 Juli 2006 di PSBB Man 2 Mataram.
Sebab jika saya menghina sesama saya, itu artinya secara tidak langsung menghina pencipta-Nya yaitu Allah sendiri. Maka jika saya sungguh mencintai Allah, maka seyogianya juga saya harus mencitai sesama saya, karena sesama saya itu adalah para kekasih Allah sendiri.
Kami mencintai anda, kami membutuhkan anda semua. Kita bersaudara dalam siraman kasih Tuhan yang tanpa batas. Dengan keyakinan itu, seyogianya kita akan selalu saling membahagiakan. Karenanya dengan rendah hati, kami mengajak saudara-saudaraku, mari kita sama-sama saling merangkul, bergandengan tangan untuk membangun dan mewariskan suatu dunia yang lebih baik bagi anak-anak kita, bagi generasi penerus kita, yaitu suatu dunia yang penuh dengan kedamaian, kesejukan dan kesejahteraan atau bebas dari kekerasan dan kekejaman. Mari kita menjadi duta-duta perdamaian, duta-duta cinta. Mari....., bila ada perpecahan kita menjadi juru damai, bila ada keputus asaan kita menjadi pemberi harapan, bila ada kesesatan kita menjadi pembimbing, bila ada kebencian dan dendam kita menjadi pembawa cinta dan pengampunan. Kita ingin..., bila tiba saatnya, agar supaya suatu hari kelak, para arwah kita dapat beristirahat dengan damai dan bahagia, menyaksikan anak-anak kita, cucu-cucu kita dapat hidup dengan rukun dan damai antar mereka. Atau kita ingin jangan sampai ada suatu generasi damai yang hilang di muka bumi tanah air tercinta ini. Masakan, atas keinginan segelintir orang provokator saja, kita semua yang cintai damai sebanyak duaratusan juta jiwa ini, mau-mau saja terpengaruh dan dibuat kalang kabut oleh ulah mereka?
FORMAT KERUKUNAN
Diperlukan Silaturahmi berkesinambungan antar tokoh agama, baik secara formal maupun informal.
Diperlukan kegiatan bhakti sosial bersama antar semua penganut agama Islam, Kristen, Hindu, Budha dan Konghucu.
Untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan bersana tersebut di atas, diperlukan permbentukan wadah koordinasi yaitu Forum Komunikasi antar Umat Beragama.
------- Peace ------
DASAR UNTUK HIDUP RUKUN DAN DAMAI
Menurut ajaran Katolik, manusia itu adalah citaan Tuhan Yang Paling Mulia. Dalam suatu Kitab Suci dikatakan bahwa pada awal mula manusia diciptakan menurut rupa
dan citra Allah sendiri. Hanya manusia saja yang dikatakan diciptakan menurut rupa dan citra Allah. Ciptaan-ciptaan lain tidak dinyatakan demikian.
Jadi manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling indah, melampaui harga dan keindahan ciptaan apapun yang pernah ada dan akan ada di dunia ini, selain manusia itu sendiri. Karena Allah itu maha tahu, maha pencipta, maka yang namanya manusia, ia adalah hasil cetak biru yang luar biasa canggihnya yang pernah dilakukan oleh Allah. Tiap orang diciptakan oleh Tuhan sebagai nomor seri yang kesekian yang pertama dan terakhir. Karena itu tidak akan pernah ada dua orang yang pernah dilahirkan dimuka bumi yang sama persis. Tiap pribadi adalah unik, dan itulah karya Agung Tuhan yang maha canggih.
Allah itu juga adalah maha pengasih dan Penyayang, kasih dan sayangnya tak terukur atau takberhingga, singkatnya Ia sama dengan Kasih, dan karenanya Allah mencintai manusia dengan kasih sayang yang penuh, atau dengan kata lain, Allah tidak pernah mencitai manusia dengan separoh hati, atau sepersekian hati melainkan dengan penuh hati. Cinta Tuhan kepada manusia adalah 100% dan abadi. Di mata Tuhan, manusia adalah ciptaan-Nya yang paling berharga. Sejak dikandung ibunya, ketika manusia masih belum mengerti tentang cinta, ketika manusia belum tahu mengucapkan terima kasih kepada Tuhan, Allah sudah terlebih dahulu mencintai manusia. Begitu besar cinta Allah kepada manusia sehingga Ia mencitakan bumi dengan segala segala isinya dan diserahkan pengelolaannya kepada manusia untuk kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia ciptaannya itu.
Karena manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling mulia dan berharga, maka tidak ada kekuasaan apapun, dan dengan alasan apapun untuk dibenarkan melecehkan/menghina apalagi membunuh ciptaan Tuhan yang namanya manusia itu.
Saya dan saudara adalah bagian dari umat manusia yang menghuni bumi yang sama ini, dan dicintai Tuhan.
Jika saya mengatakan saya mencintai Tuhan, maka alangkah indahnya jika saya juga mengatakan saya mencintai sesama saya, karena saya tidak mungkin dapat mencintai Tuhan yang tidak kelihatan jika sesama manusia saya sebagai sesama ciptaan Tuhan yang kelihatan saja, saya tidak dapat mencintai mereka. Karena itu jika Tuhan begitu menghargai dan mencintai manusia, maka saya tidak mempunyai alasan untuk menghina/melecehkan apalagi sampai membunuh sesama saya.
*) Makalah disampaikan dalam Workshop Kerukunan Umat Beragama Tingkat Propinsi NTB, 26 Juli 2006 di PSBB Man 2 Mataram.
Sebab jika saya menghina sesama saya, itu artinya secara tidak langsung menghina pencipta-Nya yaitu Allah sendiri. Maka jika saya sungguh mencintai Allah, maka seyogianya juga saya harus mencitai sesama saya, karena sesama saya itu adalah para kekasih Allah sendiri.
Kami mencintai anda, kami membutuhkan anda semua. Kita bersaudara dalam siraman kasih Tuhan yang tanpa batas. Dengan keyakinan itu, seyogianya kita akan selalu saling membahagiakan. Karenanya dengan rendah hati, kami mengajak saudara-saudaraku, mari kita sama-sama saling merangkul, bergandengan tangan untuk membangun dan mewariskan suatu dunia yang lebih baik bagi anak-anak kita, bagi generasi penerus kita, yaitu suatu dunia yang penuh dengan kedamaian, kesejukan dan kesejahteraan atau bebas dari kekerasan dan kekejaman. Mari kita menjadi duta-duta perdamaian, duta-duta cinta. Mari....., bila ada perpecahan kita menjadi juru damai, bila ada keputus asaan kita menjadi pemberi harapan, bila ada kesesatan kita menjadi pembimbing, bila ada kebencian dan dendam kita menjadi pembawa cinta dan pengampunan. Kita ingin..., bila tiba saatnya, agar supaya suatu hari kelak, para arwah kita dapat beristirahat dengan damai dan bahagia, menyaksikan anak-anak kita, cucu-cucu kita dapat hidup dengan rukun dan damai antar mereka. Atau kita ingin jangan sampai ada suatu generasi damai yang hilang di muka bumi tanah air tercinta ini. Masakan, atas keinginan segelintir orang provokator saja, kita semua yang cintai damai sebanyak duaratusan juta jiwa ini, mau-mau saja terpengaruh dan dibuat kalang kabut oleh ulah mereka?
FORMAT KERUKUNAN
Diperlukan Silaturahmi berkesinambungan antar tokoh agama, baik secara formal maupun informal.
Diperlukan kegiatan bhakti sosial bersama antar semua penganut agama Islam, Kristen, Hindu, Budha dan Konghucu.
Untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan bersana tersebut di atas, diperlukan permbentukan wadah koordinasi yaitu Forum Komunikasi antar Umat Beragama.
------- Peace ------
Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama Relevansi Kan. 748 KHK 1983 Pendahuluan
Gereja Katolik sangat menaruh perhatian kepada kerukunan hidup antar
umat beragama. Hal itu dapat kita baca dalam dokumen – dokumen Gereja
secara khusus dalam Konsili Vatikan II. Dokumen Pernyataan tentang
hubungan Gereja dengan Agama – Agama bukan Kristen (Nostrae Aetate)
menyatakan pada pendahuluan bahwa: “Semua bangsa merupakan satu
masyarakat, mempunyai satu asal, sebab Allah menghendaki segenap umat
manusia mendiami seluruh muka bumi. Semua juga mempunyai satu tujuan
terakhir yakni Allah, yang yang menyelenggarkan”. Selain dari pada itu
dokumen pernyataan tentang kebebasan beragama (Dignitatis Humanae),
no. 6: “Pada hakekatnya termasuk tugas setiap kuasa sipil: melindungi
dan mengembangkan hak-hak manusia yang tak dapat diganggu-gugat. Maka
kuasa sipil wajib melalui hukum-hukum yang adil serta upaya-upaya
lainnya yang sesuai, secara berhasil-guna menanggung perlindungan
kebebasan beragama semua warga negara dan menciptakan kondisi-kondisi
yang menguntungkan dan mengembangkan hidup keagamaan”. Demikian juga
dalam KHK 1983, kan. 748, ditegaskan bahwa: “Semua orang wajib mencari
kebenaran dalam hal-hal yang menyangkut Allah dan Gereja-Nya, dan
berdasarkan hukum Ilahi mereka wajib dan berhak memeluk dan memelihara
kebenaran yang mereka kenal”. Selain itu, “Tak seorang pun boleh memaksa
orang untuk memeluk iman katolik melawan hati nuraninya”. Bagaimana
relevansinya kanon ini dalam membangun kerukunan hidup antar umat
beragama? Dalam alam kebebasan itu manusia dapat menentukan imannya
berdasarkan hati nuraninya yang bebas dari segala paksaan dan tekanan.
Semua usaha manusia dalam mencari Allah yang diimaninya akan terwujud
sebuah perdamaian jika diiringi dengan praktek hidup sehari-hari dalam
dialog antar umat beragama. Gereja Katolik menawarkan sebuah
spiritualitas dialogal yang berlandasan pada persaudaraan dalam
peziarahan iman menuju persatuan dengan Allah.
1. Spiritualitas Dialogal Spiritualitas dialogal
adalah gerakan manusia dalam membangun kerukunan yang sejati antar umat
beragama di dunia. Gereja Katolik mengajak semua umat beragama di dunia
untuk membangun kerukunan antar umat beragama melalui spiritualitas
dialogal. Apakah Spiritualitas dialogal itu? Spiritualitas dialogal
adalah sebuah gerakan religius umat beriman dengan mengosongkan
dirinya untuk dipenuhi dengan Roh ilahi dan melihat realitas hidup di
sekitarnya untuk berdialog secara integral dan transformatif dengan
sesama umat beriman lainnya menuju kedamaian dan kerukunan hidup yang
sesungguhnya.
2. Beberapa pokok Spiritualitas dialogal antar iman
2.1.
Spiritualitas dialogal, suatu bentuk hidup yang didasarkan kepada Roh
Tuhan, suatu ikatan relasi kasih antara manusia dengan Allah. Dasar
Spiritualitas dialogal itu didasarkan pada kisah penciptaan sendiri
(bdk. Kej. 1: 1-3) dan peristiwa penjelmaan-Inkarnasi dalam diri Yesus
Kristus, Sang Sabda yang menjadi daging (Yoh. 1:1-3: 14), dan sebagai
anugerah Paskah-Nya mencurahkan Roh-Nya atas para murid-Nya. Itulah
landasan biblis bagi spiritualitas dialogal yang bermuara pada
bersatunya manusia dari segala bangsa dengan Allah yang disebut dengan “Manunggaling kawula Gusti”.
2.2.
Spiritualitas dialogal, membutuhkan suatu penyadaran diri manusia bahwa
kita diciptakan oleh Allah dengan Roh-Nya sesuai dengan gambaran dan
rupa Allah sendiri dimana akhir perjalanan hidup manusia adalah persatuan Roh manusia dengan Allah itu sendiri (persatuan Atman dengan Paraatman dalam Hindhuisme).
Lebih jauh dari pada itu, cinta kasih Allah kepada manusia tercurah
melimpah dalam seluruh ciptaan alam semesta di dunia kosmos. Keselarasan
satu kosmos itulah yang dalam dunia ketimuran menjadi akar dari seluruh
kebersamaan hidup manusia di dunia, yang menurut tradisi Kristiani
sebagai kelimpahan cinta ilahi. Kelimpahan cinta ilahi itu memuncak
dalam peristiwa Inkarnasi dari Allah yang menjadi manusia, dalam diri
Yesus. Dengan pernyataan ini pula, manusia diajak untuk menjaga keselarasan alam semesta (lingkungan) dengan yang ilahi.
2.3. Oleh karena itulah umat beriman sejati menyadari tanggungjawab yang mendesak untuk sekali lagi membangkitkan sikap tanggap sasmita:
mendengarkan suara alam beserta misterinya. Umat beriman di manapun
diundang untuk bertemu hati dalam keheningan dan cintakasih akan alam
semesta, untuk menerima tata tertib karya Allah dan serasinya alam,
untuk menandingi daya-daya destruktif yang menghancurkan lingkungan.
Harmoni dengan alam semesta menghidupkan harmoni dalam hati dan
menjalinkan harmoni antar pribadi sesama manusia.
2.4. Spritualitas dialogal pada intinya adalah spiritualitas yang menciptakan hubungan/ikatan antara manusia dengan manusia dan manusia dengan Allah.
Maka spiritualitas dialogal mengungkapkan jawaban manusia terhadap
panggilan Allah, terhadap sapaan ilahi dengan perantaraan Sang Sabda.
Dalam dialog yang berlandaskan pada penciptaan itulah seluruh umat
manusia atas kekuatan Roh Allah bergerak mendekati Allah satu-satunya.
2.5. Spiritualitas dialogal membutuhkan sikap dasar hati yang terbuka. Sikap yang demikian itu memmerlukan model kenosis
(pengosongan diri), suatu kesadaran tak berdaya, pemurnian tiada
hentinya dari kecenderungan pemusatan diri, egoisme, bertumbuh terbuka
dalam dialog dengan umat beriman lainnya. Pada intinya kenosis
terwujudkan dalam kematian menuju kebangkitan, mati bagi dirinya sendiri
untuk memasuki hidup baru dalam kepenuhan hidup.
2.6. Spiritualitas dialogal bersifat komuniter, berpusatkan pada ekaristi, saat semua umat beriman sadar dan sengaja menghayati “anamnesis”, yakni kenangan akan Yesus Kristus beserta misteri PaskahNya, hidup dalam Gereja dan berkarya melalui Gereja.
2.7. Spiritualitas dialogal bersifat integral transformatif:
merubah hidup orang beriman melalui sharing pengalaman hidup religius
guna mengentaskan keterpurukan krisis total menuju Indonesia baru. Dalam
pergulatan demi transformasi itu meminta semua umat beriman bersikap
sabar dan rendah hati. Tiap peserta dialog harus mencoba mengakukan pada
dirinya sedapat mungkin intuisi dan pengalaman sesama digunakan untuk
mencoba mengungkapkan dan mengkomunikasikan pengalaman religiusnya.
2.8.
Berkat bimbingan Roh Tuhan, semua umat beriman diajak berdialog
berjalan bersama mencari kebenaran. Setiap peserta dialog antar umat
beriman saling berbagai pengalaman religius kehidupan sehari-hari,
saling memperkaya dan saling meneguhkan satu sama lain dalam membangun
dunia yang rukun, damai dan sejahtera di bumi Indonesia.
3. Buah Spiritualitas dialogal antar umat beriman
3.1.
Iman peserta mengalami pengayaan lewat sharing-kesaksian peserta
dialog. Dengan itu pula iman peserta diperluas dengan peluang untuk
saling mendengarkan, menghalau segala praduga yang sudah mengakar,
memperlebar pengertian yang sempit.
3.2.
Iman peserta dijernihkan berkat perjumpaan antar umat beriman untuk
merevisi asumsi, pandangan yang keliru antar umat beragama. Meninggalkan
masa lampau yakni pengalaman yang buruk dalam membangun kerukunan hidup
beragama, saling mengampuni dan memulai babak baru yang makin baik
menuju kerukunan yang sejati.
3.3.
Iman peserta diperdalam dengan saling mengenal dan menghargai
berdasarkan landasan kebenaran dan keadilan tanpa terpengaruh oleh sikap
dan perilaku kelompok ekstrim.
Spiritualitas dialog yang sejati dan mendalam akan merubah sikap hidup kita antar umat beriman dari dialog antar iman (interreligious dialogue – interfaith dialogue) menuju pertobatan (metanoia). Semua perserta dialog antar umat beriman menjadi tanda pertobatan yang mengantar umat manusia kepada Allah.
Penutup
Sebagai penutup dari tulisan ini, perlu kiranya menjabarkan
Spiritualitas dialogal secara konkrit dalam situasi pluri-agama dan
pluri-kepercayaan/kebatinan. Beberapa pokok pikiran tentang hal itu
adalah sebagai berikut:
- Kita hendaknya menyadari bahwa umat beragama dan umat kepercayaan/kebatinan lain adalah rekan-rekan seperjalanan dalam ziarah menuju Allah.
- Oleh karena itu merupakan kewajiban kita untuk menggalang kerekanan – kekerabatan – persaudaraan (menyama braya) antar umat beragama dan umat kepercayaan/kebatinan yang ada di dalam masyarakat Indonesia, sebagai model bagi hubungan sosial.
- Kekerabatan – persaudaraan (menyama braya) itu akan menghasilkan kerukunan sebagai prinsip hubungan sosial.
- Menjaga moralitas hidup yang baik, yang ditandai dengan kebenaran, kebaikan, keadilan, kejujuran, dan menjunjung tinggi nilai-nilai insani luhur dalam menghayati dan mengamalkan Pancasila sebagai ideologi dan dasar hidup kemasyarakatan.
- Mengusahakan kesejahteraan umum (bonum commune), yang adil makmur dan merata, terutama dalam opsi mengutamakan rakyat miskin dan tersingkir. Itulah Spiritualitas transformatif, merombak hidup umat beriman sendiri semakin menyerupai diri Allah, melahirkan umat manusia yang baru dipenuhi cinta kasih
D. Menurut Pandangan Saya Sendiri
SOURCE :
http://joenanto.multiply.com/journal/item/39
http://norbertang.blogspot.com/2008/03/format-kerukunan-antar-umat-beragama.html
http://semangatdhama.blogspot.com/2012/11/kerukunan-umat-beragama_20.html